Aktivitas bermain
yang paling menyenangkan adalah bermain-main dengan pikiran dan khayalan.
Batasan kita hanyalah imajinasi yang merantai jauh sepanjang tidur dan sadar
kita bisa menampungnya, sejauh kita mau.
Memang
harus diakui bahwa beberapa batasan masih sering mencoba mengganggu kemesraan
yang kita bentuk antara lamunan, kesadaran, pikiran, dan lowongnya ruang-ruang
otak kita. Mau bukti? Aku tidak akan jauh-jauh memberikan sesuatu yang sulit,
hanya bentuk pertanyaan simple saja. Seperti: “Coba kau bayangkan sebuah warna
yang benar-benar baru, yang tidak pernah terpikirkan apalagi ditemukan
sebelumnya, yang benar-benar di luar dari warna-warna yang selama penciptaan
manusia sudah berhasil diketahui!”. Tidakkah itu mengusik imajinasi kita.
Sejauh mana keliaran pikiran kita bisa menampung dan mengakomodasi berbagai
pertanyaan-pertanyaan sejenis itu yang, untungnya, tidak kalah liar.
Memang
sudah menjadi kharateristik pikiran manusia bahwa keabstrakan adalah fondasi
utama yang membungkus tulang-tulang eksistensi nya. Yang mana keabstrakan itu
sendiri serapuh tenangnya air danau yang tanpa riak tepat sebelum matahari
mengintip hari dari balik cakrawala. Tenangnya air itu bagai rapuhnya imajinasi
kita yang mudah sekali terpicu oleh pertanyaan-pertanyaan bodoh semacam
pertanyaan tentang warna yang tadi kita bahas sebelumnya.
Sayangnya
itu adalah dua sisi mata uang yang rumit. Pikiran adalah sesuatu yang sulit
didefinisikan. Tanpa kerapuhan, pikiran dan imajinasi adalah nonsense. Karena
kekakuan adalah milik sebuah bentuk. Bentuk itu adalah buah dari pikiran dan
imajinasi yang diolah dengan tangan-tangan mulia sang pemilik imajinasi itu
sendiri.
Betul,
pikiran adalah rapuh, sedangkan bentuk adalah kaku. Bentuk adalah produk
derivasi terbaik dari sebuah pemikiran yang ada, dari imajinasi yang terbentuk
dalam sel-sel dalam otak kita. Tapi sejauh mana rapuhnya pikiran dan imajinasi
itu sendiri, tidakkah kamu tahu batasannya? Batasannya bagiku sangat mudah dan
jelas. Pernahkah kau bayangkan seorang Adolf Hitler bisa memiliki perasaan cinta pada seorang gadis? Ini adalah bentuk ironi terbaik bahwa sesuatu yang bisa kita asosiasikan dengan suatu pikiran jahat yang kaku dengan tembok-tembok ego yang melindunginya ternyata bisa bertindak terbalik 180 derajat untuk mencintai seorang gadis.
Aku senang
bermain-main dengan imajinasi. Dan aku menikmati permainan itu. Aku menikmati
kerapuhan dan liarnya alur pikiran yang mengalir, yang aku arahkan tanpa menggunakan
batasan-batasan yang kaku. Aku selalu bermain dalam sadarku dan juga dalam
lelapku. Dalam terpaan sang surya atau belaian lembut cahaya bulan purnama
ketika ku terlelap. Karena itu selalu tentang aku. Selalu dalam alur duniaku
tentang dunia ini.
Pada akhirnya harapanku cuma satu. Semoga aku
bukan seorang pemimpi belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar